Karya Sastra Dalam Merebut Kemerdekaan
“Aku”
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menebus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa
berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Khairil Anwar)
Karya sastra tidak lahir atas kekosongan budaya. Ia tidak hadir di ruang hampa. Kehadirannya (karya sastra) tidak hanya mengisi ruang-ruang kosong yang tidak bermakna. Tapi karya sastra hadir dari panggung sosial budaya yang sedang terjadi. Dalam kalimat lain bahwa karya sastra hadir atas sesuatu yang sedang di alami oleh masyarakat. Kejadian tersebut, tidak hanya mengisi ruang epik saja, akan tetapi karya sastra mengisi segala lini kehidupan manusia.
Karya sastra juga telah berhasil merumuskan etape perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dalam kalimat lain bahwa karya sastra melalui medium bahasa juga merumuskan peta perjalanan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga :
Dalam konteks Nasional dan Bahkan Internasional, banyak sastrawan yang menggunakan karya sastra sebagai alat perjuangan. Dalam konteks Indonesia misalnya, terdapat sederet nama sastrawan yang mengunakan karya sastra sebagai alat perjuangan untuk melawan atau merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Sastrawan itu ada, Pramoedia Ananta Toer, Buya Hamka, Chairil Anwar, Mochtar Lubis, Sanusi Pane, Amrin Pane, dan masih banyak sastrawan lainnya. Untuk itulah, Karya sastra hadir sebagai salah satu ruang produksi dan diaspora simbol, dipadati oleh berbagai kepentingan untuk merebutkan legitimasi dan mendapatkan otoritas guna menanamkan realitas, (Barnadi Zakaria, 2016).
Khairil Anwar misalnya, Khairil Anwar merupakan salah satu sastrawan yang menggunakan karya sastra untuk merebut kemerdekaan. Khairil Anwar melalui sajaknya yang berjudul “Aku” telah berhasil membangkitkan semangat para pejuang untuk melawan kolonial.
Dalam sajaknya itu, Khairil Anwar mengirim pesan bahwa Negara Indonesia harus bebas dari penjajahan tidak ada persekongkolan untuk merebut Negara Indonesia dari penjajahan. Walaupun Khairil Anwar tidak melakukan perlawanan dengan senjata, akan tetapi Khairil Anwar berhasil membangkitkan semangat para pejuang.
Pada baris ke dua dalam sajaknya “Aku”, terlihat jelas semangat Khairil Anwar untuk merebut Negera ini dari tangan penjajah. Khairil Anwar secara tegas mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu merayunya.
“Ku mau tak seorang kan Merayu Tidak juga kau
Di baris yang lain, Khairil Anwar semakin menegaskan komitmennya untuk berjuang dalam merebut NKRI ini dari tangan para kolonial. Semangat itu terlihat dalam tulisannya di baris ke sembilan.
Biar Peluru menembus Kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa
berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dalam sajak nya itu, terlihat jelas semangat dalam perjuangan. Selangkahpun Khairil Anwal tidak akan mundur untuk melawan. Walaupun peluru yang menembus kulitnya, tidak membuat Khairil Anwal surut dalam perjuangannya.
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Dalam benak Khairil Anwar bahwa Negera Indonesia harus bebas dari penjajahan, sehingga warganya bisa hidup tanpa ada belengu dari pihak lain.
0 KOMENTAR
TULIS KOMENTAR